Beranda | Artikel
Jangan Kau Hina Pelaku Maksiat - Syaikh Khalid Ismail #NasehatUlama
Minggu, 25 September 2022

“Dan sungguh ada seseorang yang melakukan amalan penghuni surga,
menurut pandangan manusia, …”

Inilah masalahnya!
Dia melakukan amalan penghuni surga, menurut pandangan manusia saja,
padahal dia melakukan riya, tidak mengharap wajah Allah,
tidak menginginkan surga,

hanya ingin popularitas dan reputasi,
atau mengharap harta saja.

Nabi bersabda, “… sampai tidak ada jarak antara dia dan surga kecuali satu jengkal,
namun takdir telah mendahuluinya,
kemudian dia melakukan amalan penghuni neraka, kemudian memasukinya.” (HR. Bukhari)

Sebaliknya, “Sungguh ada seseorang yang melakukan perbuatan penduduk neraka,
dalam pandangan manusia, …”
Anda yang melihatnya akan berkata, “Orang ini ahli maksiat,
durhaka kepada Allah Ta’ala,
dan melakukan ini dan itu.”

Tapi Anda tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya,
oleh sebab itu, jika Anda melihat seorang ahli maksiat,
Masya Allāh, minum minuman keras,
berzina, atau melakukan apa yang dia lakukan,

Jangan katakan:
“Orang ini tidak akan dirahmati oleh Allah!”
“Orang ini adalah penghuni neraka!”
Jangan! Anda tidak tahu,
barangkali dia lebih baik dari Anda.

Anda tidak tahu apa yang ada di hatinya.
Mungkin orang ini jika telah kembali ke rumahnya,
menyesal dan menangis,
yaitu karena melakukan maksiat karena terpaksa,
karena diuji dengan maksiat itu atau teman-teman yang buruk

Mungkin, orang seperti ini jujur terhadap Allah,
dan selalu menyesali maksiatnya,
dan bertaubat kepada Allah, niscaya dia akan diberi taufik di akhir usianya,
karena dia melakukan maksiat
bukan karena berani melanggar larangan Allah
atau tidak peduli dengan perintah-Nya, bukan.

Nabi bersabda, “… dia melakukan perbuatan penduduk neraka, dalam pandangan manusia, …”
“… hingga tidak ada jarak antara dia dan neraka kecuali satu jengkal,
namun takdir telah mendahuluinya, …”

Lihat, bagaimana rahmat dan kelembutan-Nya atas hamba-hamba-Nya,
karena Allah tahu apa yang ada dalam hatinya.
Nabi bersabda, “Kemudian dia mengerjakan amalan penduduk surga, lalu memasukinya.” (HR. Bukhari)

Jadi, kuncinya ada pada husnul khatimah,
dengan kejujuran Anda kepada Allah.
Jujurlah kepada-Nya,
ikhlaslah kepada-Nya,
dan hiduplah di dunia ini hanya mengharap wajah-Nya.

“Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidupku dan matiku,
hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,
tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku,
dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri.” (QS. Al-An’am: 162 – 163)

Dengan demikian, hidup Anda hanya untuk Allah.

====

فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ

فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ

هَذِهِ الْمُشْكِلَةُ

يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ فَقَطْ

وَهُوَ مُرَائِيٌّ وَمَا يُرِيدُ وَجْهَ اللهِ

وَمَا يُرِيدُ الْجَنَّةَ

هُوَ يُرِيدُ الشُهْرَةَ وَيُرِيدُ السُّمْعَةَ

وَيُرِيدُ الْمَالَ

فَقَالَ: حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ

فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ

فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلَهَا

وَالْعْكْسُ – وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ

فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ

أَنْتَ تَرَاهُ تَقُولُ: هَذَا عَاصٍ

هَذَا يَعْصِي اللهَ تَعَالَى

وَيَفْعَلُ وَيَفْعَلُ

لَكِنَّكَ مَا تَدْرِي مَا الَّذِي يَقُومُ فِي قَلْبِهِ

وَلِذَلِكَ إِذَا رَأَيْتَ الْوَاحِدَ مِنْ أَهْلِ الْمَعْصِيَةِ

مَا شَاءَ اللهُ يَشْرَبُ الْخَمْرَ

أَوْ يَزْنِيْ أَوْ يَفْعَلُ مَا يَفْعَلُ

لَا تَقُولُ: هَذَا لَنْ يَرْحَمَهُ اللهُ

هَذَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ

لَا مَا تَدْرِي

رُبَّمَا يَكُونُ أَحْسَنَ مِنْكَ

مَا تَدْرِي مَا الَّذِي فِي قَلْبِهِ

رُبَّمَا يَكُونُ هَذَا الْإِنْسَانُ إِذَا رَجَعَ إِلَى بَيْتِهِ

يَنْدَمُ وَيَبْكِي

يَعْنِي يَفْعَلُ الْمَعْصِيَةَ عَنْ كُرْهٍ

لَكِنْ رُبَّمَا ابْتُلِيَ بِهَا وَرُفَقَاءُ السُّوءِ

فَمُمْكِنٌ هَذَا الْإِنْسَانُ إِذَا صَدَقَ مَعَ اللهِ

وَكَانَ يَنْدَمُ دَائِمًا عَلَى مَعْصِيَتِهِ

وَيَتُوبُ إِلَى اللهِ يُوَفَّقُ فِي آخِرِ عُمْرِهِ

لِأَنَّهُ كَانَ يَعْمَلُ الْمَعْصِيَةَ

لَيْسَ بِجُرْأَةٍ عَلَى حُرُمَاتِ اللهِ

وَمَا يُبَالِي بِأَمْرِ اللهِ لَا

قَالَ: يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ

حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ

فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ

شُفْ رَحْمَةَ اللهِ كَيْفَ لُطْفَ اللهِ لِعِبَادِهِ

عَلِمَ اللهُ مَا فِي قَلْبِهِ

قَالَ: فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيَدْخُلَهَا

فَإِذَنِ الْعِبْرَةُ فِي حُسْنِ الْخَاتِمَةِ

بِصِدْقِكَ مَعَ اللهِ

اصْدُقْ مَعَ اللهِ

اخْلِصْ لِلهِ

عِشْ فِي الدُّنْيَا هَذِهِ مَا تُرِيدُ إِلَّا وَجْهَ اللهِ

قُلْ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ

وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ

لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ

وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

تَكُونُ حَيَاتُكَ لِلهِ


Artikel asli: https://nasehat.net/jangan-kau-hina-pelaku-maksiat-syaikh-khalid-ismail-nasehatulama/